Bumi menitipkan benih2 evolusi bukan hanya di Raganya, tetapi juga di Nalar, Jiwa, dan Hatinya. Seandainya saja ketukan di nadinya dapat menyelaras dengan denyut kehidupan semesta.
PerEMPUan sering dikira lemah, hanya karena tubuhnya tak sekuat lelaki. Padahal ketika dia mau memberDAYAkan ketajaman Nalarnya, dan menguasai kejernihan Emosinya, sesungguhnya kekuatan apapun di muka Bumi akan gentar oleh kerling Mata yang menyiratkan kedigDAYAan semesta dalam DIRInya.
Seandainya saja dia mau menguasai segenap potensi dan mengasah kemampuan mengelola kawelasan, kasih sayang, dan CINTA Sejati. Hingga terhindar dari jebakan kisah tak sempurna oleh kelaparan egonya, yang sering kali justru menebar keliaran jerat cemburu pada sesama PerEMPUan. Setelah itu dia perlu berupaya membebaskan Dirinya dari tipuan sepanjang masa, yang menciptakan stigma PerEMPUan baru akan sempurna ketika hidupnya dimiliki lelaki yang dia cintai dan mau mencintainya, atau baru akan mulia ketika dia berkeluarga. Padahal sejatinya semua itu hanyalah bagian kehidupan semesta yang dititipkan kepadanya.
Sedang PerEMPUan sejatinya bertugas menyediakan persemaian yang Subur tanpa syarat, untuk setiap benih yang akan lahir dari raganya, bagi setiap jiwa yang akan lahir lewat hatinya, juga atas setiap nalar yang mesti lahir dari perpaduan keluasan pengetahuan, kebijaksanaan, dan keunikan Jiwanya. Dia ada bagi semua individu yang dihadirkan Sang Hidup, dalam setiap lipatan ruang dan waktunya, untuk belajar tentang bagaimana kawelasan, kasih sayang, dan CINTA Sejati mewujud di Semestanya demi meMULIAkan dan mengHIDUPkan kehidupan.
*Tertulis untuk semua PerEMPUan yang kusayangi dan kubanggakan, yang pernah singgah di Semestaku.
No comments:
Post a Comment