"Oh Tuhan ku cinta dia
Ku sayang dia, rindu dia
Inginkan dia...
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku
Hanya padanya, untuk dia...
Ku sayang dia, rindu dia
Inginkan dia...
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku
Hanya padanya, untuk dia...
Jauh waktu berjalan kita lalui bersama, Betapa di setiap hari,
ku jatuh cinta padanya,
Dicintai oleh dia ku merasa sempurna..."
ku jatuh cinta padanya,
Dicintai oleh dia ku merasa sempurna..."
Jelang tengah malam, lantun tembang ini sudah terputar lusinan kali di telinga, beberapa titik airmata pun sudah ikut meramaikan suasana di rasaku...Memang terlalu emosional, tapi saat seperti ini emosi diperlukan agar dapat menyelami satu ruang, yang paling sulit ku kuasai dalam diri manusiaku...
Ruang yang samasekali tak punya gembok di pintu dan jendelanya, hingga siapapun bebas menyambangi, saat datang tak pernah bisa benar2 pergi lagi, tanpa merusak dinding2nya... Ruang yang pernah lantak dan berantakan, karena luka2 yang membuatku harus berkubang dalam merahnya luka dan pedihnya air mata...Ruang yang pernah begitu pengap terkepung gulita ketika legamnya amarah dan kecewa membuatnya membusuk kaku...
Begitulah kehidupan...
Kadang terasa seperti tempat yang luar biasa tak adil, tetapi semesta selalu berputar dalam lingkaran penuh yang begitu seimbang... Gusti Allah selalu punya cara untuk menjaga manusia2 ciptaanNya yang mau mengupayakan cara terbaik demi memperjuangkan kehidupan yang bergerak, tumbuh, dan berkembang... Dia yang Tak Pernah Tidur selalu hadir lewat uluran tangan dan taburan cinta dari hati manusia terbaikNya untuk mengembalikan keseimbanganku...
Meski butuh puluhan purnama, lusinan kali jatuh dan terbentur, kumplit dengan belasan kali terperosok lubang yang sama. Sampai aku mampu belajar mengambil alih kuasa atas hatiku dan membeli kembali jiwaku yang pernah tergadai pada kegelapan...
Terimakasih sudah mau berdiri di sana menyalakan terang lentera, bagai mercusuar di tengah ganasnya samuderaku... Terimakasih sudah berkenan menantangku menerjang liarnya badai, hingga ku mampu terbang melintas di atas puting beliungnya topanku... Terimakasih atas segala CINTA yang tak pernah tersampaikan tapi nyata kurasakan, sampai ku mengerti sejatinya diriku, dan memahami indahnya CINTA tanpa syarat...
Berharap semesta membalas dengan memantulkan kembali segenap CINTA dalam bentuk Cahaya, sebagaimana yang selalu tersedia saat kegelapan menelikung jiwaku... Berdoa sepenuh damba agar keabadian berkenan mengembalikan segala kebaikan yang pernah terlukis dalam warna pelangi di diri, hingga kelak menjadi Cahaya yang membiaskan terang di kehidupan selanjutnya...
Semoga...
No comments:
Post a Comment