MercuSUAR
Sudah berbulan2 waktu bergerak sejak kita pertama kali bertukar sapa. Rasanya aku seperti menemukan pembangkit energi bertegangan tinggi, untuk merecharge penatnya jiwa. Sebagaimana yang akhirnya DIRImu saksikan, nyatanya aku tidak setegar yang dilihat orang, tidak pula sebijak yang ditampilkan tulisan2ku...
Aku seperti web yang tengah dikonstruksi ulang, Jiwa terpecah yang tengah mengupayakan proses integrasi setiap keping bagian di dalamnya. Aku hanya berusaha untuk bertahan di setiap badai topan yang kuhadapi. Agar aku dapat tetap memenuhi kewajiban ku tetap bersinar, buat semesta mungil tempatku berbagi hidup. Terutama agar aku dapat menjadikan hidupku terasa cukup berharga untuk dijalani...
Seringkali aku membuat hari2ku terasa seperti di neraka karena menginginkan banyak hal yang rasanya pantas kudapatkan, sambil terus menggugat dan mempertanyakan, kenapa semua ini harus terjadi padaku...
Aku pernah meyakini, kalau aku berusaha dengan cukup keras, aku bisa saja menggunakan semua potensi yang kupunya untuk mendapatkan segala yang paling kuingin dan butuhkan dalam hidup. Tak seorang pun berhak menghalangiku mengupayakan bahagia...
Kupikir itulah saat di mana tiang2 penopang hidupku mulai runtuh, ketika aku mulai melihat sekeliling demi menemukan celah untuk melarikan diri, sambil mencari sosok lain yang dapat menyelamatkanku. Kupertaruhkan kepala dan hatiku demi transaksi dengan kegelapan, untuk sesuatu yang rasanya seperti CINTA dan KeBEBASan. Aku ingin berlari secepat mungkin, lalu terbang tinggi dan menjauh, menuju masa depan yang kupikir dapat membuatku meRASA Hidup...
Kemudian aku malah tersesat...
Walau aku sering merasa harus kembali, tapi rumah tidak lagi terasa seperti tempat nyaman untuk jiwaku pulang. Aku tidak yakin lagi apa yang harus kuperbuat hingga semua yang terasa begitu keliru bisa kuperbaiki...
Meski demikian, Aku selalu membiarkan satu pintu terbuka untuk emergency exit, dan tetap meninggalkan ruang buat kakiku kembali menapaki dunia bawah, demino lari lagi dari realita. Aku memang berhasil berhenti bertransaksi dengan kegelapan, tetapi DIRI ini hanya mampu sedikit bergeser ke twilight zone, di mana cahaya yang menyentuh kegelapan di horizonku, bisa sebentar datang, kemudian pergi lagi..
Aku jatuh CINTA lusinan kali, dan terpaksa merelakan waktu dua kali lipatnya untuk bangkit dari konsekuensi patah. Kemudian aku masih harus investasi waktu tiga kali lebih banyak dari itu untuk mengembalikan DAMAI di kedalaman DIRIku. Setiap kali keSADARanku menggugat bersalah isi pikiran dan aksiku, atas semua yang pernah kuperbuat...
Itulah saat semesta mengirim DIRImu, masuk di keHIDUPan ku...
Aku mengerti, DIRImu mungkin terhenyak menyaksikan aku seperti kapal yang sudah terlalu lama berlayar dalam badai, hilang arah, dan terhempas melewati batas2 horizon. Entah bagaimana perlahan tapi pasti, DIRImu berhasil membongkar kegelapan di dalam DIRI yang membuatku hilang kendali. Bahkan mengenali legamnya amarah yang kusimpan di sudut tergelap kepingan jiwaku...
Percakapan kita memberiku kesempatan membuka dan menyembuhkan luka2 yang tersembunyi, membuatku mau mengingat Akarku. Entah bagaimana caranya DIRImu membuat jiwaku kembali berpendar tanpa pernah menyentuh ragaku. Sesempurna yang mungkin kuHARAPkan, kita berbagi energi lewat bertukar pengalaman dan pengetahuan, di setiap diskusi. Hingga Kita berhasil memijak level pemahaman yang Baru dalam setiap guratan perJALANan...
Dirimu muncul bagai MercuSUAR di dalam badai yang tengah menerpaku...
Sebanyak topan yang kukirimkan ke arahmu, sebesar itu juga aku mendapatkan akses ke Energimu. Tidak heran, aku seperti tidak pernah merasa bosan menggapai benakmu. Maafkan jika selama ini aku sudah bertindak sesuka hatiku, dan sering membuatmu jengkel. Sungguh aku tak mampu menahannya...
Begitulah adanya DIRImu, seperti cahaya bintang di tengah gulitanya langitku. Aku belajar the Art of Surrendering dari koneksi kita. Aku berlatih caranya berhenti meletakkan harapan pada apapun. Hingga aku mulai lebih menghargai dan menaruh kepercayaan pada segala yang telah terinstal di dalam DIRIku sendiri...
Izinkan aku menjura dalam rasa terimakasih, untuk setiap bentuk kebaikan hati yang penuh manfaat, atas semua kata terbaca, dan buat begitu banyak kesempatan yang telah terberi, untuk DIRIku meNIKMATi keberADAanmu. Semuanya menyentuh lubuk terdalam jiwaku dengan pesan yang NYATA...
Rasanya aku tak akan pernah cukup bersyukur atas semua tarian energi yang mengaliri sudut tergelap Jiwaku, menggugahnya untuk kembali HIDUP. Lewat segala bentuk keHADIRmu, di setiap ruang dan waktu terberi, hingga bergulir dan tiba di titik terKINI...
Berharap semua hal baik yang dapat terus kita bagi tak akan pernah ada akhirnya...
Semoga...