Iman itu posisinya lebih dalam dari logika, adanya di Inti diri (Spirit) manusia kita. Tugasnya menafasi segenap gerak, laku, dan tutur manusia, dengan Devine Energy...
Sejatinya sehebat apapun logika (mind) manusia, ga akan pernah punya ruang untuk bertentangan dengan Iman, ketika jiwa (Soul) sudah berkolaborasi dengan nurani (heart), demi mengaktivasi ruh (Spirit), dalam proses memeluk terang (Devine Energy). Saat di mana koneksi body-mind-soul, berhasil selaras dengan heart dan spirit, untuk memilah yang Benar itu bukan cuma sekedar Benar, tapi juga memenuhi kriteria Becik lan Pener...
Kalo masih merasa logika terlihat lebih terang dari iman, maka bisa dipastikan ada yang belum sinkron, pada koneksi antara Iman dan Egonya. Sinkronisasi di diri manusia bukanlah sesuatu yang konstan, sehingga koneksi positif antara Iman dan Ego harus dipelihara Stabilitas dan Kekuatannya...
Sebagaimana Cinta, Iman itu tentang RASA yang bergerak dengan bahan bakar Devine Energy. Siapapun berhak atas definisi berdasar apa yang dialami dan dirasakan terkait Cinta dan Iman yang dimiliki dan dirasakannya...
Pastinya...
Iman adalah kondisi pada RASA, yang baru tercapai ketika Body-Mind-Soul-heart-Spirit berhasil Synchronized n Aligned dengan vibrasi Devine Energy di SemestaNya. Iman akan membuat kita meyakini eksistensi diri manusia kita : Body, Mind, Soul, heart n Spirit, hanyalah tools dalam proses Evolusi di Metabolisme Semesta...
Iman dan Cinta, sebagaimana Ikhlas, Sabar dan Syukur. Semuanya adalah gerakan sunyi di dalam Inti diri, di mana RASA memiliki kuasa penuh dalam menentukan kebijaksanaan yang diambil oleh diri manusia kita dalam menentukan pilihan2 terbaik dan mengantisipasi segala konsekuensinya...
Literatur tekstual bisa saja menuliskan definisi apapun tentang kondisi ideal keberadaan Iman di RASA manusia kita. Tetapi RASA sejati adalah manifestasi Gerakan Sunyi pada Konstelasi Soul, Heart, n Spirit kita. Hanya Gusti Allah, Sang Pemilik Kehidupan tahu persis bagaimana manusia ngelakoni setiap proses di lapisan2 terdalam dirinya...
Kalo sekedar dapat mencari dan menemukan definisi Iman di literatur keagamaan yang ada, mungkin ga akan perlu melewati serangkaian proses yang nggegirisi. Seperti yang pernah dialami sebagian dari kita, saat harus berhadapan dengan sisi tergelap dari dirinya, yang mengharuskan dia terlempar ke titik nadir terendah di jurang kehidupannya...
Manusia yang sadar akan kebodohan dan kehinaannya, rata2 cuma berani berharap diparingiNya cuilan ilmu dan pengetahuan, yang diperindah tetesan2 kebijaksanaanNya dan setitik terang cahayaNya, demi bisa lulus tiap lapis ujian kehidupan. Hingga mampu melewati segala bentuk proses pendewasaan jiwa, lewat ngelakoni tumbuh kembang RASA pada inti manusia dalam dirinya...
Semoga...
#ThePowerofConscience
#GoBeyondTheHorizon
#VeilofReality
No comments:
Post a Comment